Kemenag dan BMKG Perkuat Sinergi Ilmu Sains dalam Hisab Rukyat

Direktorat Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kementerian Agama menggelar pertemuan dengan Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Pertemuan ini membahas penguatan sinergi penyediaan data dan informasi MKG untuk mendukung layanan keagamaan, terutama dalam bidang hisab rukyat dan syariah.

Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Arsad Hidayat, mengatakan Kementerian Agama dan BMKG memiliki irisan penting dalam pelayanan publik berbasis ilmu pengetahuan. Data meteorologi, klimatologi, dan geofisika yang dikelola BMKG menjadi fondasi penting dalam penetapan waktu ibadah, seperti awal Ramadan, Syawal, Zulhijah, hingga arah kiblat.

“Pelayanan keagamaan tidak bisa dilepaskan dari aspek ilmiah. Karena itu, kolaborasi ini menjadi bagian dari ikhtiar memperkuat basis keilmuan dalam setiap keputusan keagamaan,” ujar Arsad di Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025.

Menurut Arsad, Subdit Hisab Rukyat dan Syariah Kementerian Agama selama ini telah menjalin kerja sama teknis dengan BMKG dalam pemanfaatan data cuaca, posisi hilal, dan dinamika atmosfer. Namun, audiensi kali ini menjadi langkah strategis untuk menata sinergi kelembagaan yang lebih terarah, termasuk dalam mendukung Jabatan Fungsional MKG di lingkungan instansi pengguna, khususnya di Kementerian Agama.

“Kita ingin memastikan setiap jabatan fungsional yang terkait dengan pelayanan keagamaan berbasis data MKG memiliki ruang pengembangan dan kolaborasi yang optimal,” imbuhnya.

Ia menambahkan, kehadiran para ahli MKG penting dalam memperkaya metodologi hisab rukyat modern. Ke depan, data astronomis dan klimatologis akan semakin berperan dalam penyusunan kalender hijriah, perhitungan waktu salat, serta validasi arah kiblat.
“Kita ingin menghadirkan pelayanan keagamaan yang tidak hanya sahih secara syar’i, tapi juga kuat secara ilmiah,” katanya.

Selain membahas kebutuhan jabatan fungsional, pertemuan juga menyoroti pentingnya pembaruan kurikulum pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM di bidang hisab rukyat dan ilmu falak. Arsad menyebut, kerja sama dengan BMKG menjadi jembatan antara disiplin sains dan fikih.
“Kita ingin mempertemukan ahli falak dan ahli cuaca dalam satu meja diskusi, agar keputusan keagamaan kita semakin komprehensif,” tuturnya.

Lebih jauh, Arsad menilai penguatan kolaborasi ini sejalan dengan semangat reformasi birokrasi di Kemenag yang menekankan pelayanan berbasis data dan riset. Ia berharap sinergi kelembagaan antara Kemenag dan BMKG dapat menjadi model kolaborasi lintas sektor dalam pelayanan publik.
“Ini bukan hanya tentang data hilal atau arah kiblat, tapi juga tentang cara negara melayani umat dengan pendekatan ilmiah dan profesional,” tegasnya.

Audiensi yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, itu dihadiri jajaran Subdit Hisab Rukyat dan Syariah serta perwakilan dari Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional MKG BMKG. Kedua pihak berkomitmen menindaklanjuti kerja sama dalam bentuk nota kesepahaman dan program teknis bersama.

“Semoga sinergi antara Kemenag dan BMKG ini menjadi langkah nyata memperkuat keandalan data dalam pelayanan keagamaan, sekaligus memperkokoh posisi Indonesia sebagai rujukan dalam pengelolaan ilmu falak dan astronomi Islam di tingkat global,” pungkas Arsad.

Exit mobile version