Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem menerobos banjir di Kabupaten Aceh Tamiang untuk menyalurkan bantuan kepada warga Kampung Dalam, Kecamatan Karang Baru, hingga Kamis dini hari, 4 Desember. Penyaluran bantuan dilakukan di tengah kondisi listrik padam dan akses wilayah yang masih terdampak parah.
“Alhamdulillah, hari ini kita penuhi kebutuhan sembako. Kita masih kewalahan soal air bersih dan tabung elpiji. Dalam beberapa hari ke depan akan menyusul dan kita benahi lokasi-lokasi yang terdampak,” kata Mualem dalam keterangannya di Banda Aceh, Kamis (4/12/2025)
Mualem bersama rombongan tiba di Aceh Tamiang sekitar pukul 23.00 WIB. Dalam kondisi gelap, ia membagikan bantuan hingga pukul 03.15 WIB. Sepanjang perjalanan, rombongan melintasi jalan berlumpur dengan puluhan kendaraan rusak akibat banjir tergeletak di bahu jalan. Di sejumlah titik tercium bau bangkai, menandakan dampak banjir yang masih menyisakan kerusakan serius.
Rombongan kemudian menuju pusat Kota Kuala Simpang untuk memantau kondisi warga. Di Kampung Dalam, Kecamatan Karang Baru, Mualem menyaksikan langsung permukiman warga yang hancur. Sejumlah rumah rusak berat dan hanya menyisakan fondasi.
Di lokasi tersebut, Gubernur Aceh menyalurkan bantuan sekitar 30 ton sembako yang disumbangkan warga Medan, Sumatera Utara. Bantuan itu terdiri atas air minum, beras, mi instan, biskuit, telur, serta obat-obatan. Dalam perjalanan kembali ke arah Kota Langsa, Mualem juga membagikan bantuan kepada para pengungsi yang membuka posko di sepanjang jalur Banda Aceh–Medan.
“Kita sedih dan pilu melihat kondisi ini. Kita harap rakyat Aceh tabah menghadapi cobaan banjir dan longsor,” ujar Mualem.
Penggagas penyaluran bantuan, Rudi, mengatakan pihaknya mengirim satu truk sembako dengan muatan sekitar 30 ton. “Ada air minum, biskuit, mi instan, beras, telur, dan obat-obatan. Besok juga ada truk berikutnya. Kami juga membuka posko di Medan bagi masyarakat yang ingin menyumbang ke Aceh,” katanya.
Sementara itu, Ishak alias Kureng, warga Desa Menang Gini, Kecamatan Karang Baru, menceritakan banjir besar datang secara bertahap sejak Rabu, 26 November. “Malam Kamis air sudah dua meter lebih. Hari Kamis bertambah lagi sampai malam Jumat kira-kira 3,5 meter,” ujarnya.
Ishak mengungsi ke kantor Komite Peralihan Aceh (KPA) bersama sekitar 50 warga lainnya. Menurut dia, arus banjir sangat deras hingga menghancurkan rumah-rumah warga. “Yang paling dibutuhkan sekarang makanan, air bersih, dan obat-obatan untuk bayi. Banyak anak sudah demam. Saat banjir, yang diselamatkan cuma keluarga. Yang tersisa hanya baju di badan,” katanya.
